Perkembangan IPA
PERKEMBANGAN
IPA
A.
Teori
Terbentuknya Alam Semesta
Alam semesta atau jagat raya beserta isinya tak ada
habisnya untuk dipelajari. Alam Semesta merupakan ruang tidak terbatas yang di
dalamnya terdiri atas semua materi, termasuk tenaga dan radiasi. Alam semesta tidak
dapat diukur, dalam arti batas-batasnya tidak dapat diketahui dengan jelas.
Galaksi,
bintang, matahari, nebula, planet, meteor, asteroid, komet, dan bulan, hanyalah
sebagian kecil dari materi di jagat raya yang dikenal manusia yang hidup di
Bumi. Akan tetapi, secara lebih mendalam semua yang ada di jagat raya masih
merupakan rahasia yang sama sekali belum terungkap. Hal ini antara lain
disebabkan karena tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia
dalam mengungkap rahasia alam semesta masih sangat terbatas.
Manusia sebagai makhluk tuhan yang berakal budi dan sebagai
penghuni alam semesta selalu tergoda oleh rasa ingin tahunya, untuk mencari
penjelasan tentang makna dari hal-hal yang di amati. Dengan diperolehnya
berbagai pesan dan beraneka ragam cahaya dari benda-benda langit yang sampai di
bumi, timbullah beberapa teori yang mengungkapkan tentang terbentuknya alam
semesta. Teori tersebut di kelompokkan menjadi:
1.
Teori Keadaan Tetap (Steady-state Theory)
Teori ini dikemukakan
oleh Fred Hoyle, Bendi, dan Gold. Teori
ini menyatakan bahwa saat diciptakan alam semesta ini tidak ada. Teori ini berdasar pada prinsip kosmologi
sempurna yang mana alam semesta akan selalu sama dimanapun dan bagaimanapun.
Teori ini juga beranggapan seriap galaksi tumbuh dan
berkembang lalu akhirnya mati. Pada setiap saat ada partikel yang dilahirkan dan ada
yang lenyap. Partikel-partikel tersebut kemudian mengembun menjadi kabut-kabut
sepiral dengan bintang-bintang dan jasad-jasad alam semesta. Partikel yang
dilahirkan lebih besar dari yang lenyap, sehingga mengakibatkan jumlah materi
makin bertambah dan mengakibatkan pemuaian alam semesta. Jadi, teori ini beranggapan bahwa alam
semesta itu tak terhingga besarnya dan tak terhingga tuanya.
2.
Teori Ledakan Besar (BigBang
Theory)
Ledakan atau Dentuman Besar (Big
Bang) merupakan sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta
berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta
(dikenal juga dengan Teori Ledakan Dahsyat atau Model Ledakan Dahysat).
Berdasarkan permodelan ledakan ini, alam
semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus
menerus hingga hari ini. Teori
ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan
panas yang kemudian meledak, mengembang sekitar 13.700 juta tahun yang lalu.
Teori ledakan ini bertolak dari asumsi adanya suatu masa yang sangat besar
sekali dan mempunyai berat jenis yang sangat besar, meledak dengan hebat karena
adanya reaksi inti. Massa itu kemudian berserak mengembang dengan sangat
cepatnya menjauhi pusat ledakan. Ketika terjadi ledakan besar, bagian-bagian dari massa
tersebut berserakan dan terpental menjauhi pusat dari ledakan. Setelah miliaran
tahun kemudian, bagian-bagian yang terpental tersebut membentuk
kelompok-kelompok yang dikenal sebagai galaksi-galaksi dalam sistem tata surya.
3.
Teori Ekspansi dan Kontraksi (The Oscillating Theory)
Teori ini dikenal pula
dengan nama teori ekspansi dan konstraksi. Menurut teori ini jagat raya
terbentuk karena adanya suatu siklus materi yang diawali dengan massa ekspansi
(mengembang) yang disebabkan oleh adanya reaksi inti hidrogen. Pada tahap ini
terbentuklah galaksigalaksi. Tahap ini diperkirakan berlangsung selama 30
miliar tahun. Selanjutnya, galaksi-galaksi dan bintang yang telah terbentuk
akan meredup kemudian memampat didahului dengan keluarnya pancaran panas yang
sangat tinggi. Setelah tahap memampat, maka tahap berikutnya adalah tahap
mengem bang dan kemudian pada akhirnya memampat lagi.
B. Teori
Terbentuknya Tata Surya
Sistem tata surya adalah satu kesatuan yang terdiri
dari matahari sebagai pusatnya, dan dikelilingi oleh anggota -anggotanya yang
terdiri dari planet -planet, bulan, meteor, komet, dan anggota lain yang terus
bergerak. Dalam sistem tata surya ini, hanya matahari sajalah yang mampu
memancarkan cahayanya sendiri. Sementara anggota dari sistem tata surya yang
lain hanya bisa memantulkan cahaya. Ada beberapa
teori pembentukan tata surya yang banyak dikenal dan diakui. Beberapa di
antaranya :
1.
Teori Nebula
Teori Nebula diketahui muncul pertama kali pada abad XVIII yang
diawali oleh pendapat dari seorang filsuf Jerman bernama Immanuel Kant.
Pendapat Kant mengenai tata surya yang terbentuk dari nebula ini kemudian
diperkuat oleh Marquis de Laplace (Piere Simon), yang merupakan seorang
astronom Prancis.
Di
jagat raya telah terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula).
Gaya tarik-menarik antar gas hingga membentuk kumpulan kabut yang sangat besar
ini berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang kencang ini,
menyebabkan materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat
(karena pendinginan). Fragmen yang terlempar inilah yang kemudian menjadi
planet-planet dalam tata surya. Bagian inti kabut tetap berbentuk gas
pijar yang kita lihat sebagai matahari sekarang ini.
2. Teori
Planetesimal
Teori Planetesimal ini muncul pertama
kali sekitar tahun 1900. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang
astronom bernama Forest Ray Moulton serta seorang ahli geologi bernama T.C.
Chamberlain dari Universitas Chicago. Planetesimal merupakan suatu benda padat
kecil yang bergerak mengelilingi suatu inti yang bersifat gas.
Pada mulanya telah terdapat “matahari asal”. Pada
suatu ketika matahari asal ini didekati oleh sebuah bintang besar, yang
menyebabkan terjadinya penarikan pada bagian matahari. Oleh tenaga penarikan
pada matahari asal tadi, maka terjadilah peledakan-peledakan yang hebat. Gas
yang meledak ini keluar dari atmosfer matahari, kemudian mengembun dan membeku
sebagai benda-benda yang padat dan disebut planetesimal. Benda padat yang
disebut planetesimal ini dalam perkembangan selanjutnya menjadi planet-planet
yang salah satunya adalah bumi kita.
3. Teori
Pasang Surut
Pendapat ini dicetuskan pertama kali
oleh Sir James Jeans dan Sir Harold Jeffreys dari Inggris pada tahun 1918.
Jeans dan Jeffreys beranggapan bahwa kelahiran Tata Surya adalah suatu
peristiwa langka. Sebab, perisitiwa ini terjadi saat matahari nyaris
bersinggungan dengan sebuah bintang. Peristiwa yang menyebabkan lidah matahari
jadi berbentuk seperti cerutu ini juga menjadi penjelasan logis tentang ukuran
planet yang berbeda satu sama lain.
Dalam
teori pasang surut atau teori ide benturan ini, disebutkan bahwa planet -planet
awalnya terbentuk secara langsung oleh gas asli matahari yang tertarik oleh
bintang yang melintas sangat dekat dan nyaris bersinggungan dengan matahari.
4. Teori
Bintang Kembar
Teori Lyttleton ini dicetuskan oleh R.A.
Lyttleton yang merupakan seorang astronom. Ia melakukan modifikasi terhadap
teori benturan yang sebelumnya pernah ada. Namun, teori yang diungkapkan
Lyttleton ini dianggap memiliki penjelasan yang lebih baik mengenai asal mula
Tata Surya berdasarkan teori benturan.
Mulanya
matahari merupakan bintang kembar yang mengelilingi sebuah medan gravitasi.
Tapi, ada sebuah bintang yang menabrak salah satu bintang kembar tersebut dan
mungkin menghancurkannya.
Bintang
yang hancur tersebut lantas berubah menjadi massa gas yang berputar-putar.
Karena terus berputar, maka massa gas itu berubah dingin dan membentuk planet –
planet. Sementara satu bintang lain yang bertahan menjadi pusat tata surya yang
kita kenal sebagai matahari.
5. Teori
Awan Debu
Teori Awan Debu ini dicetuskan oleh Fred
L. Whippel yang merupakan seorang astronom asal Amerika Serikat. Jika ditelusuri dari
prosesnya, teori ini seolah merupakan pengembangan teori Nebula.
Selain
apa yang diungkapkan oleh Fred L. Whippel, ada juga astronom Inggris bernama
Fred Hoyle dan astronom Swedia bernama Hannes Alven yang mengungkapkan teori
yang serupa dengan teori Awan Debu. Mereka berpendapat bahwa pada mulanya
Matahari berputar dengan cepat dengan piringan gas di sekelilingnya. Jika
merujuk pada penelitian era modern, Matahari dikatakan berputar kira-kira satu
kali dalam 27 hari.
Sementara
perhitungan mutakhir juga menunjukkan bahwa Matahari primitif berputar lebih
cepat sehingga memungkinkan terlemparnya bahan -bahan yang kemudian membentuk
planet. Hal inilah yang mendukung teori awan debu ini.
Teori
ini mengatakan, bahwa calon Tata Surya semula merupakan awan yang sangat luas.
Awan yang terdiri atas debu dan gas kosmos itu diperkirakan berbentuk seperti
sebuah piring. Ketidakteraturan dalam awan itu menyebabkan terjadinya
perputaran. Debu dan gas yang berputar berkumpul menjadi satu. Sementara debu
dan gas itu terus berputar, hilanglah awannya. Partikel-partikel debu yang
keras saling berbenturan, melekat, dan kemudian menjadi planet. Berbagai gas
yang terdapat di tengah awan berkembang menjadi matahari.
6. Hipotesis
Kuiper
Hipotesis ini dikemukakan oleh Gerard P
Kuiper (1905 – 1973). Karena masih merupakan hipotesis dan belum dianggap
sebagai teori yang memiliki dasar kuat, pendapat Kuiper ini lumayan jarang
digunakan.
Dalam
Hipotesis Kuiper, dikemukakan bahwa alam semesta ini pada awalnya terdiri dari
formasi bintang -bintang. Lalu, terdapat dua pusat yang memadat dan berkembang
dalam suatu awan antarbintang dari gas hydrogen. Satu pusat lebih besar
daripada pusat yang lainnya. Satu pusat yang lebih besar ini kemudian memadat
dan menjadi bintang tunggal yang kita kenal sebagai matahari.
C. Lapisan –
Lapisan Planet Bumi dan Fungsinya
Pengertian
bumi adalah planet ketiga yang dekat dengan matahari yang hidup ditata
surya dan dinamis karena sampai sekarang belum ada planet lain yang
memiliki kehidupan,dinamis, artinya selalu berubah-berubah sehingga perumukaan juga
berubah-ubah bentuknya dengan jari-jari 6.370 km, berubah bentuk dengan bantuan
tenaga eksogen dan endogen, Dalam struktur atau lapisan-lapisan bumi atau
bagian-bagian bumi terbagi atas yakni kerak bumi (litosfer), mantel
bumi, inti bumi (Barisfer), ketiga lapisan-lapisan bumi ini atau bagian-bagian
bumi memiliki karakteristik berbeda-beda serta fungsi dan tujuan yang
berbeda-beda.
Lapisan – lapisan bumi
yang ditunjukan pada gambar diatas antara lain :
1.
Kerak Bumi
Kerak bumi atau
litosfer terdiri atas dua lapis, yaitu kerak benua yang padat, tetapi mudah
pecah ( rapuh) dan kerak samudra yang padat dan alot. Lapisan ini sangat tipis
0,7 % dari massa bumi, tetapi merupakan sumber seluruh kehidupan dan tempat
bagi seluruh kejadian yang berkaitan dengan bumi (gempa bumi, gunung api,
pertambangan, pertanian, industri). Kerak bumi bukan lapisan yang utuh,
melainkan terpecah menjadi tujuh blok (lempeng) besar dan ratusan lempeng
kecil. Lempeng-lempeng besar tersebut antara lain lempeg samudra pasifik
(lempeng samdra), lempeng Hindia-Australia ( campuran), lempeng eurasia
(lempeng benua), lempeng afrika (lempeng benua), lempeng amerika selatan
(lempeng benua), Lempeng amerika utara ( lempeng benua), dan lempeng antartika
(lempeng benua).
Lempeng-lempeng yang
seluruhnya tersusun dari kerak benua disebut lempeng
benua. Lempeng-lempeng tersebut saling bergerak dengan kecepatan 3-13
cm/th dengan arah yang berbeda. Akibatnya di satu tempat terjadi saling
tubrukan. ditempat lain saling menjauh, dan dapat pula saling berpapasan.
kekuatan yang menggerakkan lempeng-lempeng tersebut adalah arus konveksi pada
mantel bagian atas/astenosfer. Lapisan menjadi
tempat tinggal bagi seluruh makhluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi
mencapai 1.100 derajat Celcius. Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya
hingga kedalamn 100 km dinamakan litosfer. Kerak dean mantel dibatasi oleh
Mohorovivic Discontinuity. Susunan kerak bumi yaitu terdiri dari feldsfar dan
mineral silikat. Lapisan bagian atas kerak bumi yang berada di daerah daratan,
biasanya dilapisi oleh tanah. Tanah, yang terdiri atas kandingan partikel
batuan yang telah ditimpa cuaca, dan juga mengandung banyak zat organik
yang berasal dari pembusukan makhluk hidup pada zaman purba.
2.
Selimut atau
selubung bumi (Mantel Bumi)
Mantel bumi secara
keseluruhan dalam keadaan cair. Lapisan ini sekitar 67,8% dari massa bumi.
Mantel paling atas disebut astenosfer, keadaannya sangat cair, tetapi sebagian
masih dalam keadaan padat dan suhu cukup tinggi, sedangkan tekanannya rendah.
Makin ke dalam adalah mantel tengah dan mantel bawah juga cair, tetapi sebagian
masih dalam keadaan padat dan suhu cukup tinggi, sedangkan tekanannya rendah.
Makin ke dalam adalah mantel tengah dan mantel bawah juga cair, tetapi padat
(kental). Pada astenosfer terjadi pergerakan massa atas ke bawah yang disebut
arus konveksi. Arus konveksi terjadi karena perbedaan suhu dan tekanan di
bagian atas dan bagian bawah astenosfer.
Mantel bagian bawah
tekanannya lebih besar dan lebih panas sehingga cairannya mengembang ke atas
mendesak bagian atas ke samping, lalu turun mengisi kekosongan dibagian bawah.
Sampai dibawah terpanaskan, mengembang ke atas, mendesak bagian ke atas ke
sampaing, lalu turun mengisi kekosongan dibagian bawah. Sampai di bawah
terpanaskan, mengembang ke atasdan begitu seterusnya sehingga merupakan arus
konveksi tetap sepnjang masa. Satu putaran arus konveksi membutuhkan waktu
kurang lebih 18 juta tahun.
3.
Inti Bumi (Core)
Inti bumi yang
terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi (90 %),nikel (8
%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900-5200 km. Lapisan ini
dibedakan menjadi dua yaitu lapisan inti luar (outer core) dan lapisan inti
dalam (innner core). Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri
atas besi cair yang suhunya mencapai 2.200 derajat Celcius. Adapun inti bagian
dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700 km.
Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai 4.500 derajat
Celcius. Pada penelitian geofisikia,inti bumi memiliki material dengan berat
jenis yang sama dengan berat jenis meteorit logam yang terdiri atas material
besi dan nikel. Sehingga para ahli percaya inti bumi tersusun dari beberapa
senyawa besi dan nikel. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
karakteristik lapisan bumi paling dalam (inti) memiliki sifat pejal atau
keras yang diselubungi lapisan cair relatif kental, sedangkan pada bagian
luar atau atasnya berupa litosfer yang pejal dan keras pula.
Berdasarkan susunan
kimianya,bumi dapat dibagi menjadi empat bagian,yakni bagian padat (lithosfer)
yang terdiri dari tanah dan batuan,bagian cair (hidrosfer) yang terdiri dari
berbagai bentuk ekosistem perairan seperti laut,danau,dan sungai dan bagian udara
(atmosfer) yang menyelimuti seluruh permukaan bumi serta bagian yang ditempati
oleh berbagai jenis organisme (biosfer). Keempat komponen tersebut
berinteraksi secara aktif satu sama lain,misalnya dalam siklus biogekimia dari
berbagai unsur kimia yang ada di bumi,proses transfer panas dan perpindahan
materi padat. Dari empat macam susunan kimia yang terdapat pada bumi yang bisa
dijelaskan yakni dua yaitu:
Ø Atmosfer
– Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi secara menyeluruh
dengan ketebalan lebih dari 650 km. Gerakan udara dalam atmosfer terjadi
terutama karena adanya pengaruh pemanasan sinar matahari serta perputaran
bumi. Fungsi atmosfer adalah
pada perputaran bumi ini akan mengakibatkan bergeraknya massa udara, sehingga
terjadilah perbedaan tekanan udara di berbagai tempat di dalam atmosfer yang
dapat menimbulkan arus angin.
Pada lapisan atmosfer terdapat kandungan
berbagai jenis gas. Berdasarkan volumenya,jenis gas yang paling banyak
terkandung berturut-turut adalah nitrogen (N2) sebanyak 78,08 %,oksigen (O2)
sebanyak 20,95%,argon sebanyak 0,93 %,serta karbon dioksida (CO2) sebanyak
0,03%. Berbagai jenis gas lainnya juga terkandung dalam atmosfer,tetapi dalam
konsentrasi yang jauh lebih rendah,misalnya neon (Ne),helium (He),kripton
(Kr),hidrogen (H2),xenon (Xe),ozon (O3), metan dan uap air.
Ø Hidrosfer
– Hidrosfer merupakan wilayah perairan yang mengelilingi bumi. hidrosfer
meliputi samudra, laut, danau, air, tanah,mata air, hujan, dan air yang berada
di atmosfer. Sekitar tiga perempat dari permukaan bumi ditutupi oleh air. Air
di bumi bersirkulasi dalam lingkaran hidrologi, dimana air jatuh sebagai hujan
dan mengalir ke samudra-samudra sebagai sungai dan menguap kembali ke atmosfer.
Air di alam terbagi menjadi tiga,sebagai berikut:
1. Air
di permukaan bumi, meliputi laut, sungai, danau, rawa,salju, es dan glester
2. Air
di udara, meliputi uap air, kabut,dan berbagai macam awan
3. Air
di dalam tanah, meliputi air tanah,air kapiler,geiser dan artois
Jumlah
air di bumi tidak bertambah dan tidak berkurang, namun wujud dan tempatnya
sering mengalami perubahan. Perubahan wujud air (padat,cair,dan gas) membentuk
suatu siklus atau daur yang disebut siklus/daur hidrologi. Siklus hidrologi
adalah proses perputaran air, seperti proses
terjadinya hujan.
D. Teori
Terbentuknya Planet Bumi
Bumi
adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Kira-kira
250 juta tahun yang lalu sebagian besar kerak benua di Bumi merupakan satu
massa daratan yang dikenal sebagai Pangea. Kemudian, kira-kira dua ratus juta
tahun yang lalu Pangea terpecah menjadi dua benua besar yaitu Laurasia, yang
sekarang terdiri dari Amerika Utara, Eropa, sebagian Asia Tengah dan Asia
Timur; dan Gondwana yang terdiri dari Amerika Selatan, Afrika India, Australia
dan bagian Asia lainnya.
Sebagai
tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan
bumi.Bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan,
lautan, pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai
salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini
tidak diam seperti apa yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi
melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari
(revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya siang malam dan pasang surut air laut. Oleh karena itu, proses
terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita. Teori-teori
tentang proses terbentuknya bumi :
1. Teori Kabut(Nebula)
Sejak jaman sebelum
Masehi, para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi. Salah satunya adalah
teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755)
dan Piere De Laplace(1796).Mereka terkenal dengan Teori Kabut
Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang
kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini
membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam
proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa
terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar
inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.Teori nebula
ini terdiri dari beberapa tahap,yaitu
- Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar.
- Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
- Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari.
Dalam teori Nebula,
diungkapkan bahwa pada awalnya sistem tata surya ini terbentuk dari suatu
nebula atau kabut tipis yang sangat luas. Nebula atau massa gas raksasa yang
bercahaya ini berputar perlahan -lahan yang kemudian secara berangsur -angsur
mendingin, mengecil dan mendekati bentuk bola. Rotasi yang terjadi semakin lama
semakin kencang sehingga mengakibatkan bagian tengah dari massa tersebut jadi
menggelembung. Akibatnya, lingkaran materi tersebut terlempar keluar.
Lingkaran inilah yang
kemudian mendingin, mengecil, hingga akhirnya menjadi planet -planet. Planet
-planet yang terbentuk tetap mengorbit mengeliling inti massa. Sementara
lingkaran lain terlempar lagi dari pusat massa sehingga menjadi seluruh planet
yang kita kenal sekarang ini, termasuk bumi.
2.
Teori Planetasimal
Pada awal abad
ke-20, Forest Ray Moulton, seorang ahli astronomi Amerika bersama
rekannya Thomas C.Chamberlain, seorang ahli geologi, mengemukakan teori
Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan matahari terdiri dari massa gas
bermassa besar sekali, Pada suatu saat melintas bintang lain yang ukurannya
hampir sama dengan matahari, bintang tersebut melintas begitu dekat sehingga
hampir menjadi tabrakan. Karena dekatnya lintasan pengaruh gaya gravitasi
antara dua bintang tersebut mengakibatkan tertariknya gas dan materi ringan
pada bagian tepi.
Karena pengaruh gaya
gravitasi tersebut sebagian materi terlempar meninggalkan permukaan matahari
dan permukaan bintang. Materi-materi yang terlempar mulai menyusut dan membentuk
gumpalan-gumpalan yang disebut planetisimal. Planetisimal- Planetisimal lalu
menjadi dingin dan padat yang pada akhirnya membentuk planet-planet yang
mengelilingi matahari. Namun, karena daya tarik yang masih banyak dimilki
matahari, maka massa gas tersebut tertahan dan bergerak mengeliling matahari.
Massa gas ini lama kelamaan menjadi dingin dan bentuknya menjadi cairan yang
lalu memadat. Massa tersebutlah yang saat ini kita kenal sebagai planet,
termasuk untuk bumi kita.
3.
Teori Pasang Surut Gas (Tidal)
Teori ini dikemukakan
oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918, yakni
bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga
menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih
berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di
Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan
jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah
bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekat, maka akan
terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang
disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut akan mencapai
tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar sekali,
menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang besar itu.
Dalam lidah yang panas
ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu
berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet. Teori ini
menyebutkan bahwa saat bintang berada sangat dekat dengan matahari, ada tarikan
gravitasinya yang menyedot filament gas yang berbentuk cerutu panjang. Filament
ini membesar di bagian tengah dan mengecil di kedua ujungnya. Dari filament
inilah, kemudian terbentuk sebuah planet.
4.
Teori Bintang Kembar
Teori
ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori
ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak
sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak
mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang
tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak itu. Bintang yang tidak
meledak itu sekarang disebut dengan matahari, sedangkan pecahan bintang yang
lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.
5.
Teori Awan Debu (Proto Planet)
Teori
proto planet dikemukakan oleh seorang ahli astronomi Jerman, Carl von
Weizsaecker pada tahun 1940. Teori proto planet kemudian disempurnakan
antara lain oleh Gerard P. Kuiper pada tahun 1150. Teori proto planet
menyatakan bahwa tata surya terbentuk oleh gumpalan awan gas dan debu yang
jumlahnya sangat banyak. Lebih dari 15.000 juta tahun yang lalu salah satu
gumpalan mengalami pemampatan dan menarik partikel-partikel debu membentuk gumpalan
bola. Pada saat itulah terjadi pilinan.
Dengan
adanya pilinan, gumapalan bola menjadi pipih menyerupai cakram, yaitu tebal
dibagian tengah dan pipih dibagian tepinya. Bagian tengah yang tebal berpilin
lebih lambat dari pada bagian tepinya. Partikel-partikel di bagian tengah
saling menekan sehingga menimbulkan panas dan cahaya. Bagian tengah itu
kemudian menjadi matahari. Partikel-partikel di bagian tepi yang berpilin lebih
cepat menyebabkan gumpalan-gumpalan awan gas dan debu terpecah-pecah menjadi
gumpalan-gumpalan yang lebih kecil. Gumpalan-gumpalan itu kemudian membeku
menjadi bahan planet dan satelitnya. Oleh karena itu, bahan-bahan planet
tersebut disebut protoplanet dan teorinya disebut teori protoplanet.
Sumber:
- Anjayani, Eni. 2009. Geografi : Untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
- Setiani, Fenti Rahayu dkk. 2012. Geografi : Untuk SMA/ MA Kelas X. Klaten : Intan Pariwara.
- http://www.softilmu.com/2014/01/sejarah-terbentuknya-bumi.html
- http://www.pelajaransekolahonline.com/2016/22/ilmu-geografi-proses-terbentuknya-bumi-dan-teori-terbentuknya-bumi-menurut-ahlinya.html
- http://www.artikelsiana.com/2014/10/struktur-susunan-lapisan-bumi-bagian-bagian.html
- http://www.zonasiswa.com/2016/03/alam-semesta-pengertian-teori-anggapan.html
Komentar
Posting Komentar