Gimana Vibe Gen Z Ketika Jadi Orang Tua?
![]() |
Photo by Alberto Casetta on Unsplash |
Kalian bakal mengira gimana sih vibe gen z saat menjadi orang tua. Apakah chill, ecstatic, penuh empati dan validasi atau pakai parenting ala VOC? š¤
Generasi Z udah berani dobrak definisi ‘parenting ideal’ dari siapa yang paling berkuasa, menjadi siapa yang paling sadar diri. Mereka ingin tumbuh bareng anak-anaknya, bukan sekedar membesarkannya.
Parenting ala Gen Z bakal didominasi vibe chill, reflektif, dan tumbuh bersama. Kenapa vibe nya bisa beda banget dari parenting sebelumnya?
Artikel ini bakal bahas gimana vibe gen z saat jadi orang tua, belajar dari teori klasik psikologi- social learning sampai tantangannya. Baca sampai habis yaa!
Belajar Parenting ala Gen Z Lewat Observasi Digital
Teori klasik psikologi dari Albert Bandura (1977) dalam Social Learning menunjukkan kalau secara naluriah, bayi bakal belajar dari mengamati dan meniru perilaku orang lain di sekitarnya.
Dahulu sumber observasi terbatas dari orang tua, orang yang berinteraksi langsung sampai lingkungan sekitar. Berbeda dengan parenting ala gen z yang tumbuh di era digital.
Gaya pengasuhan generasi Z punya banyak sumber observasi, mulai dari orang tua dan orang sekitar, adanya screen dari TV atau smartphone, dan sumber digital lainnya.
Penelitian dari Fisher & Skowron (2018) juga menambahkan, kalau individu meniru bukan cuma tindakan aja, tapi dampak sosial di baliknya.
Jadi, parenting ala gen z bukan cuma meniru lewat observasi dari orang tua dan orang sekitar. Namun juga, menilai hasil observasi itu apakah punya pola yang sejalan dengan nilai di zaman nya yang fokus sama kesehatan mental, empati, serta komunikasi dua arah.
Perubahan Parenting dari Kontrol Penuh ke Koneksi
![]() |
Photo by Vitaly Gariev on Unsplash |
Tahu, gak?
Gaya pengasuhan Gen Z itu punya core value yang mental-health code banget. Mereka menjunjung tinggi emotional openness (lebih terbuka sama emosi) dan authentic connection (jalin koneksi yang no-fake).
Gen Z saat jadi orang tua tuh nggak mau jadi sekedar panutan, tapi juga jadi partner berkembang bareng sama anak-anak mereka.
Masa kecil Gen Z mungkin pendekatan pola asuh pakai otoritas “Kata orang tuaku…” Bakal beda sama Gen Z yang mengarah pada co-learning a.k.a belajar bareng, diskusi perasaan sampai minta maaf kalau salah.
"Parenting ala Gen Z ini sudah menyadari kalau masih pakai otoritas tanpa empati cuma bikin koneksi emosional putus ditengah jalan."
Makanya, punya partner yang paham dan mau diajak diskusi gaya pengasuhan tertentu bisa jadi keuntungan tersendiri. Walau ketika komunikasi kadang agak berbeda, satu sisi simpel banget, sisi lainnya pake what if.
Gen Z Jadi Orang Tua Bakal Fokus Lihat Cermin Reflektif
Gen Z udah sadar adanya potensi trauma antargenerasi (intergenerational trauma) yang mungkin ‘tidak sadar’ dibawa saat menjadi orang tua.
Kalau kata Albert Bandura ini akibat dari seseorang melihat adanya dampak dari pola asuh yang keras di generasi sebelumnya. Istilah psikologi nya vicarious reinforcement.
Saat Gen Z melihat pola asuh dari generasi sebelumnya, mereka punya tendensi untuk mengembangkan gaya pengasuhan yang lebih lembut dan empatik di masa depan.
PsycHealth (2023) juga menyadari kalau Gen Z jadi orang tua sudah paham akan emotionally literate. Jadi para Gen Z tahu dan paham betapa pentingnya self-regulation, komunikasi terbuka dan terbuka pada solusi terapi (jika dibutuhkan).
Namun, mereka juga menghadapi tantangan baru gimana caranya menyeimbangkan menjadi orang tua yang ideal sambil merawat kesehatan mental nya sendiri.
Gaya Pengasuhan Gen Z Jadi Wadah Refleksi Diri
Perspektif Psikologi Sosial menjadikan Parenting ala Gen Z sebagai proses mencari dirinya sendiri.
Gen Z paham menjadi orang tua atau dirinya sendiri bukan mengejar kesempurnaan, tapi menjadi wadah refleksi diri dari ketidaksempurnaan itu.
Selain Psikologi Sosial, Albert Bandura (1997) juga menyampaikan individu yang punya semangat tinggi untuk belajar berarti punya tingkat self-efficacy yang cukup tinggi. Makanya, individu tersebut mampu buat perubahan positif.
Gen Z juga berani untuk menanyakan ke dirinya sendiri, “Kelak kalau aku jadi orang tua, hal apa yang mau aku ubah dari masa laluku?”
Tantangan Saat Gen Z Jadi Orang Tua
Parenting ala Gen Z emang validatif, empatik dan reflektif banget buat anak-anak mereka atau diri mereka sendiri.
Namun ada tantangan yang dirasakan oleh Gen Z saat jadi orang tua, mereka mengaku merasa emotionally drained.
Kebanjiran informasi tentang parenting secara online bisa bikin mereka bingung dan overwhelmed untuk menentukkan batas. Karena sadar akan pentingnya menentukan batas dalam pola asuh, ini yang membentuk mindful parenting.
Belajar menerima kalau sebagai orang tua juga manusia dan menganggap kesalahan jadi ruang untuk berkembang.
Gen Z’s Parents = Modern Vibe
Vibe parenting ala Gen Z bukan sekedar tren, melainkan hasil dari proses trial-error dari lintas generasi dan dunia digital.
Gaya pengasuhan Gen Z itu hasil belajar dari kesalahan masa lalu, mengamati nilai bari dan mencoba jadi orang tua yang lebih sadari diri.
"Tumbuh Bareng Bersama, Siapa Takut!"
Sumber:
- Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Prentice-Hall.
- Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. W.H. Freeman.
- Fisher & Skowron. (2018). Social learning and imitation: Neural and behavioral perspectives. National Institutes of Health.
- Porina, Aija. (2024). The Gen Z Guide to Parenting. WeAreHuman8.
- Angela. (2024). Parenting Gen Z: How empathy and awareness shape modern families. Psychealth.