Kenalan Sama Cashless Anxiety Yang Bikin Cemas Para Gen Z

Bayar dengan smartphone bisa picu cashless anxiety
Photo by SumUp on Unsplash

Dulu sebelum hangout bareng besti, pasti cek saldo e-wallet atau mobile banking dulu biar aman pas bayar. Belum lagi cek speed test internet supaya transaksi nggak lama.

Bakalan deg-degan banget kalau pembayaran loading, apalagi antrean di belakang udah mengular. 

Bagi Gen Z yang hidupnya udah bergantung pada pembayaran digital. Semua pembayaran mulai dari parkir, jajan, sampai belanja kecil pun semuanya lewat smartphone. 

Nah... dari sinilah awal munculnya cashless anxiety.

Karena terbiasa merasa aman dengan alat bayar di ponsel, Gen Z jadi panik saat ketemu tempat yang cuma terima uang tunai. Jadi kebiasaan deh nanya dulu sebelum beli:

“Bisa bayar pakai QRIS?”

“Terima GOPAY, DANA, ShopeePay, nggak?”

Perilaku ini bakal jadi tanda awal cashless anxiety. 

Yuk kita bahas apa itu cashless anxiety, kenapa bisa muncul, dampaknya sampai cara mengatasinya dengan simpel!

Apa Itu Cashless Anxiety?

Cashless anxiety adalah kondisi rasa cemas yang muncul ketika seseorang terlalu bergantung pada pembayaran digital seperti e-wallet, QRIS, atau mobile banking. 

Hal sederhana seperti cek saldo e-wallet, cek kuota internet, atau memastikan jaringan stabil sebelum bayar jadi kebiasaan yang melekat.

Fenomena ini muncul karena pembayaran digital memberi rasa aman dan nyaman. Semua terasa praktis, cepat, dan nggak ribet harus pegang uang tunai. 

Akhirnya, ketika harus bayar pakai cash, muncul panik kecil: “Aduh, cukup nggak ya uangnya?”

Kenapa Cashless Anxiety Bisa Terjadi pada Gen Z?

Cashless Anxiety bisa aja terjadi ke para gen Z karena hal-hal ini:

1. Merasa Hilang Kontrol Sama Kondisi Keuangannya

Gen Z udah bergantung sama aplikasi dan pembayaran sistem digital. Makanya, gen z nggak bisa sepenuhnya pegang kontrol sama uang nya sendiri. Kalau, sistem error atau saldo masih loading, rasa khawatir ini bisa muncul (MAIB, 2023).

2. Rasa Nggak Nyaman Saat Momen Bayar Berkurang

Bayar tunai bikin kita sadar uang berkurang.
Bayar cashless menghilangkan momen itu. 
Jadi, pengeluaran terasa ringan dan baru sadar pas cek saldo. Ini disebut Digital Money Illusion (The Decision Lab, 2021).

3. Overexposure & Tekanan Sosial

Promo, cashback, QRIS di mana-mana, semuanya bikin Gen Z merasa harus selalu siap transaksi. Ada soft-pressure dari lingkungan sosialnya,
“Sayang banget kalau nggak pakai promo ini”. 
Ini nih memperkuat kebiasaan mengandalkan digital payment.

4. Pengalaman Global

Saat pandemi, pembayaran non-tunai meningkat pesat, terutama di kalangan muda dan perempuan (Kumpan, T., 2022). 

Adaptasi cepat ini meningkatkan efisiensi, tapi juga memperbesar rasa cemas sama keamanan digital dan saldo (Savanta, 2021).

Apa Dampak dari Cashless Anxiety pada Kebiasaan Finansial Kita?

Ini bakal jadi bahaya buat gen z kalau sudah ketergantungan sama pembayaran non-tunai, mereka bisa saja merasakan:

1. Kelelahan Emosional

Ketika pikiran terus-terusan “siaga” karena khawatir sistem digital gagal, energi mental bisa terkuras.

2. Pengeluaran Impulsif

Karena transaksi digital terasa “ringan,” seseorang bisa jadi lebih boros, diikuti rasa penyesalan atau khawatir akan kondisi finansial di masa depan (The Decision Lab, n.d.).

3. Ketergantungan Teknologi

Rasa aman hanya muncul jika aplikasi aktif, ponsel hidup, dan koneksi stabil. Bersamaan juga memicu tambahan beban psikologis kalau alat atau teknologi tidak berfungsi.

4. Rasa Tidak Aman Finansial

Walau uang sudah cukup, seseorang tetap merasa “tidak cukup” karena selalu khawatir kontrol sama kondisi finansialnya hilang dan menjadi tidak stabil.

5. Isolasi Sosial Tersembunyi

Cashless anxiety juga bisa memicu orang buat menarik diri dari situasi sosial yang memerlukan pembayaran secara langsung karena takut tidak bisa bayar dengan lancar.

Bagaimana Cara Praktis Mengatasi Cashless Anxiety di Era Digital?

Kalender bulan Desember ditandai dengan pembayaran cash dan cashless
Photo by Adam Tinworth on Unsplash
Ini dia empat cara simpel yang bisa kamu terapkan buat ambil alih kontrol sama kondisi finansialmu dari si cashless anxiety:

1. Simpan Cadangan Uang Tunai

Bawa sedikit uang tunai (misalnya Rp 20.000–100.000) sebagai “keamanan psikologis”. Ini bakal kasih kendali ke kamu terhadap uang fisik saat e-wallet bermasalah.

2. Gunakan Metode Pembayaran Campuran

Bagi kebutuhan jadi dua:
Transaksi kecil / harian → pakai saldo cashless
Transaksi tak terduga → siapkan cash saat perlu

3. Rutinkan “Jeda Transaksi Digital”

Jadwalkan waktu tertentu (misalnya sekali sehari atau beberapa kali seminggu) untuk cek saldo dan transaksi. Jangan buka aplikasi e-wallet secara terus-menerus.

4. Bentuk Kebiasaan Periksa Emosi Sebelum Bayar

Sebelum scan QR atau konfirmasi pembayaran, tanyakan pada diri sendiri: 
“Apakah ini karena ketakutan aka sistem, atau karena kebutuhan nyata?” 
Teknik ini bantu kamu buat membedakan pengeluaran berdasarkan kecemasan atau kebutuhan.

Cashless Team - Cash Team

Cashless anxiety bukan hanya sebuah tren, ini respons psikologis nyata terhadap pergeseran ke dunia finansial digital.

Bagi gen z yang hidup di era teknologi finansial, kecemasan ini bisa muncul karena rasa kehilangan kontrol, ilusi uang digital, atau ketakutan sistem gagal. 

Namun, itu bisa diatasi dengan strategi kecil, konsisten, dan realistis. Mulai dari menyimpan sedikit uang tunai, tetapkan rutinitas transaksi digital dan pakai cash, sampai mengenali emosi sebelum bayar.

Semua langkah - langkah itu bisa bantu kamu merasa lebih aman dan tenang dalam menghadapi cashless era.

Sumber:
  • The Decision Lab. (2021). Cashless Effect.
  • MAIB. (2023). Why are we afraid of cashless, and how do we manage this fear?
  • Savanta. (2021). The emotional impact of a cashless society. 
  • Kumpan, T. (2022). Cashless Payment Behavior Changes and Gender Dynamics During the COVID-19 Pandemic.